mobilinanews (Jakarta) - Melihat hasil pembalap di Indonesia di seri VI sebagai babak terakhir Asia Road Racing Championship (ARRC) 2016 di Buriram, ada rasa bangga, sekaligus sedih. Sudah saatnya petinggi pengurus balap motor, pabrikan, tim, dan pembalap memikirkan langkah pasti di jenjang internasional. Pembalap Indonesia tak boleh lagi cuma jadi pelengkap penderita. Pasar motor di Tanah Air juga jangan cuma jadi lahan orang asing raup untung.
Kita akui, pabrikan di Indonesia, baik Yamaha, Honda, Kawasaki, dan Suzuki, tidak kurang atensi pada joki Tanah Air. Tiap agen pemegang merk (APM) motor asal Jepang di Indonesia punya pembalap dan tim yang terjun di ARRC 2016. Malah, Yamaha dan Honda rutin kirim rider mereka ke arena di Eropa. Hasilnya?
Ya…, seperti yang kita tau, kita sering hanya berharap ada pembalap kita naik podium. Cuma naik podium, lho! Bukan juara. Makanya, saat ada pembalap Nusantara menapaki puncak podium, jadi berita besar. Tapi, apa itu cukup?
Di awal 2016, kita punya asa ada rider Indonesia berlaga di puncak ajang balap dunia. Ya, balap motor prototipe, MotoGP. Minimal ikut di kelas Moto3. Hingga tersebut lah nama Andi Gilang dari Astra Honda Racing Team, dan Galang Hendra Pratama dari Yamaha Racing Indonesia. Gilang berkiprah di CEV Spanyol, Galang berlatih di VR46 Master Champ milik Valentino Rossi.
Tapi, ketika rilis peserta Moto3 2017 tak satupun road racer Indonesia terdaftar, kita jadi berpikir. Gimana jadinya jika 2018 nanti, Indonesia jadi penyelenggara MotoGP? Apa para pembalap Indonesia hanya akan jadi penonton di pit, bersama tim-tim yang disponsori produsen produk motor di Indonesia?
Gini aja deh…! Yuk buka catatan MotoGP 2016. Ada slogan Astra Honda Motor di tim Repsol Honda! Ada motto Yamaha Indonesia Motor Manufacturing di tim Yamaha Movistar! Ada helm KYT mensupport pembalap MotoGP Andrea Iannone! Juga logo Federal Oil di fairing motor Moto2 tim Honda Gresini! Itu tandanya banyak uang dari tanah air mengucur ke tim-tim MotoGP luar.
Seperti kata Bambang Gunardi, rider Indonesia bisa kok ikut MotoGP. Ingat Doni Tata dan Rafid Topan?! “Tapi, selama balapan di Indonesia masih di trek dadakan, balap dengan motor bebek, jangan mimpi berprestasi internasional!” tegas anggota kehormatan Federasi motor internasional, FIM CCR itu.
Bambang menunjuk Sentul sebagai satu-satunya sirkuit permanent yang masih eksis, harus dimaksimalkan. Minimal sebelum sirkuit-sirkuit yang digadang-gadang akan dibangun selesai. “Mulai lah dari sekarang. Memang telat. Tapi, mulai lah balapan lagi di Sentul. Pakai motor sport. Toh sekarang Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki sudah memproduksi motor sport 150cc dan 250cc,” pungkas Bambang.
Ya…, kenapa tidak?! Mari Bapak-bapak, kita lakukan itu! Ayo balap di Sentul, atau sirkuit permanen, dengan motor sport. Supaya jangan hanya berharap pembalap kita bisa naik podium di ARRC! Tapi,naik podium di MotoGP! (Aries Susanto)