mobilinanews.com (Jakarta) - Hari Senin 18 Mei 2015, redaksi
mobilinanews kedatangan pebalap senior Teuku Alvin Bahar. Selain beramah tamah,
sederet pertanyaan liar pun diajukan untuk mencari tahu isi kepala termasuk rencana ke
depan dari pebalap berdarah Aceh itu. Berikut hasil wawancara kami dengan pebalap
berusia 41 tahun tersebut:
Bagaimana sebenarnya sisi lain kehidupan pribadi seorang Alvin Bahar di luar sirkuit, bisa diceritakan?
Dari dulu saya memang tidak ingin dipublikasikan sisi
kehidupan saya di luar sirkuit. Menurut pandangan, pebalap itu ada dua macam.
Ada yang berkarakter selebriti, ada yang berkarakter atlit. Saya sendiri
menganggap diri saya sebagai atlit.
Sejak kapan Alvin Bahar memutuskan menjadi pebalap profesional?
Saya mulai balap sejak tahun 1991. Dan sejak tahun 2001 sampai
sekarang dikontrak secara eksklusif sebagai koordinator balapan One Make Race -
Honda Jazz Speed Challenge di sirkuit Sentul, sekaligus dipercaya sebagai pebalap.
Sebagai pebalap sekaligus koordinator yang dikontrak eksklusif oleh Honda Indonesia, apa saja terobosan berkesan yang pernah Anda buat?
Selain membuat dan mengajukan strategi kegiatan balapan secara
menyeluruh, saya merupakan pencetus ide untuk menumbuhkan bibit-bibit muda pebalap
mobil di Honda. Menurut saya, pebalap yang dipilih oleh Honda harus juga muda,
karena image Honda Jazz untuk segmen muda.
Strategi ini menurut saya cukup berhasil. Misalnya kalau
kita kunjungan dan presentasi ke sekolah-sekolah, kalau contohnya Alvin Bahar, dampaknya
para siswa hanya lebih akan terkagum-kagum dengan prestasinya. Tapi kalau
sampelnya pebalap muda, maka pesan yang ingin disampaikan untuk menumbuhkan
minat balap mobil di generasi muda lebih tersampaikan.
Menurut saya, para pebalap yang direkrut oleh Honda
Indonesia ke depan tidak hanya pebalap yang bagus saja, tapi harus masih muda.
Misalnya beberapa waktu lalu, sebelum Rio (Saputro) bergabung, kami pernah
membawa Adhi Naratama yang meski baru duduk di kelas tiga SMA namun sudah bisa
jadi juara kelas non-seeded. Hasilnya, para siswa-siswa di sekolah yang
dikunjungi banyak yang langsung antusias dan termotivasi berbicara kepada orang
tuanya untuk dibelikan Honda Jazz.
Lalu sejak tahun 2014, Honda juga mulai menggelar One Make
Race Honda Brio untuk dua kelas 1.200cc dan 1.300cc yang menjadi fasilitas para
pebalap muda dan pemula. Langkah ini membuat balapan di Indonesia lebih
berkembang dan terbuka untuk munculnya bibit-bibit pebalap masa depan.
Sayangnya, meski berkembang secara kelas dan jumlah peserta,
masih banyak pebalap yang datang dari kalangan hobi. Mereka mayoritas memandang
balapan belum sebagai profesi.
Apa yang salah dari hal tersebut?
Saya berharap ke depan balapan di Indonesia bisa menjadi
industri. Untuk itu dibutuhkan lebih banyak profesional yang terlibat, supaya
jenjang bisa berjalan.
Saat itu berjalan, balapan pun bisa menjadi profesi, dunia motorsport berjalan dengan baik, dan sponsor
banyak terlibat. Balapan tidak hanya menjadi hobi orang-orang kaya saja, karena
yang berbakat bisa difasilitasi.
Hal ini sebenarnya mulai berjalan ke arah sana. Misalnya di
kelas One Make Race Honda Brio, mobil yang diturunkan dimodifikasi seminimal
mungkin, sehingga masih laik jalan di jalan raya. Biaya untuk jadi pebalap
profesional pun jadi lebih terjangkau.
(Bersambung)