mobilinanews (BSD City) – Selalu optimis dalam situasi apapun. Termasuk ketika menghadapi seri 7 ISSOM 2018 di street race BSD City GP, Tangerang pada Minggu (2/12/2018) kemarin. Itulah Alvin Bahar, andalan Honda Racing Indonesia (HRI).
Banyak yang menghitung, tipis peluang Alvin sekadar menjadi juara seri pamungkas tersebut. Apalagi untuk merebut gelar juara nasional kelas ITCC 1600 Max dari tangan Haridarma Manoppo, rival utamanya.
Podium tertinggi ITCC 1600 Max
Dua alasan diapungkan. Pertama, secara klasemen, Alvin tertinggal 5 poin. Jadi, kalau mau menambah koleksi juara nasionalnya menjadi 8 kali (saat ini dia pemegang juara nasional terbanyak 7 kali), maskot tim HRI harus juara 1. Di sisi lain, Haridarma maksimal di podium 3.
Lalu, alasan kedua, Alvin seorang diri. Sedangkan Haridarma bersama 2 teammate tak kalah andal yakni Demas Agil dan Alinka Hardianti. Dengan kondisi tersebut, tidaklah susah untuk menerapkan strategi team order yang memang sah adanya, guna menempatkan Haridarma cukup finish kedua.
Pembuktian keandalan Honda Jazz
Tapi di sinilah julukan sebagai pembalap paling well prepared itu tepat disematkan kepada seorang Alvin. Menyadari bahwa tidak ada waktu (atau sangat sedikit kesempatan berlatih di street race BSD City, dan nyatanya memang hanya 10 menit mendapat waktu latihan pada Sabtu pagi), Alvin melakukan antisipasi dengan jenius.
Ia bersama Avila Bahar (putra tunggalnya yang mulai menonjol prestasi balapnya) memanfaatkan kesempatan trackday yang diberikan panitia pada 25 November atau seminggu sebelum event di venue street race BSD City untuk pengetesan mobil balap andalannya.
Ya, pinter-pinter dia memanfaatkan event yang utamanya untuk komunitas mobil sport dan premium (baca : Ferrari) tersebut, untuk mengukur kemampuan tunggangannya.
Pose bersama legenda dan tokoh motorsport usai finish
“Ternyata, settingan Honda Jazz yang mengantar saya juara 1 di seri 6 ISSOM Sentul tidak cocok dipakai di sini. Lap timenya lebih lambat. Setelah berdiskusi dengan tim teknis yang dikomandani koh Aiman, mengambil tindakan drastis : ganti settingan mobil,” ungkap Alvin kepada mobilinanews.
Bukan langkah mudah, mengingat waktu perlombaan tinggal berbilang hari. Alvin memutuskan memakai settingan seperti tahun lalu, di mana berhasil merebut Superpole. Karakter street race yang pendek-pendek, tentulah tak seirama dengan Sentul dengan lintasan panjang dan lebar.
Terbaik di antara yang ada
“Masih menunggu hasil dyno test, dan saya yakin akan lebih baik dibanding pakai settingan Sentul. Pekerjaan selanjutnya setelah dyno test adalah melakukan test mobil di sirkuit Sentul,” terang Alvin.
Seluruh perkembangan dan dinamika yang cepat itu selalu dilaporkan kepada Jonfis Fandy, Marketing Director & Aftersales PT. Honda Prospect Motor selaku penyokong utama HRI. Tak hanya itu, selalu ada advice penting dan energi tambahan dari bos Honda penggila motorsport itu.
Alvin dan tim HRI seperti berkejaran dengan waktu, bukan lagi hari melainkan jam. Dan hasilnya? Honda Jazz yang digeber Alvin menjadi yang tercepat QTT dan berhasil mencuri 1 poin dari Superpole.
Support maksimal Jonfis Fandy
Saat raceday tiba pada Minggu (2/12/2018) selepas dhuhur, Alvin bersama Honda Jazz yang berada di grid terdepan langsung ngacir begitu lampu hijau start menyala dan nggak terkejar pembalap lain dalam 13 lap perlombaan. Alvin pun finish pertama pada salah satu kelas paling bergengsi ISSOM tersebut.
“Kemenangan di BSD City GP ini sekaligus menjadi investasi menyongsong musim balap tahun depan. Tahun 2017, saya tercecer dengan tak mampu memenangi satu seri pun. Namun musim ini sudah lumayan bisa mengimbangi TTI. Haridarma menang 3 kali, Demas sekali dan saya 3 kali,” tutur Alvin.
Serunya, 3 kemenangan Alvin dicetak pada kondisi berbeda : night race 18 Agutus, seri 6 pada 4 November di sirkuit Sentul serta street race BSD City GP. Lengkap sudah predikatnya sebagai raja balap malam, balap di sirkuit permanen serta raja balap jalanan.
Doa ibu selalu menyertai
Maka itu, putra mendiang pembalap legendaris Aswin Bahar ini menatap optimis ISSOM tahun 2019. Meski kemungkinan besar akan tetap sendirian di kelas ITCC 1600 Max.
“Obsesi saya masih membara, bisa mengoleksi juara nasional hingga 10 kali hehe,” kilah salah satu pemeran film “Roda Roda Asmara” ini, sembari melempar senyum manisnya. (budi santen)