mobilinanews (Arab Saudi) - Ada 5 cewek peserta kelas motor di Rally Dakar 2020. Tentu saja tak pakai motor metik. Mereka besut motor laki yang besar, gagah, dan dibangun buat jalur offroad.
Lima-limanya masuk finish di Riyadh, Arab Saudi, Jumat (17/1/2020) hari ini setelah menempuh total perjalanan 7.500 km.
Hebatnya, dari trayek itu 5.000 km diantaranya jadi jalur Special Stage (SS) di mana peserta dituntut gaspol karena hitungan waktu tempuh.
Jalurnya bukan aspal mulus, tapi 75% berupa gurun dan gunung pasir. Jebakan maut menanti setiap saat berupa longsoran pasir, batu yang tertutup pasir, dan lubang yang tidak kasat mata.
Dari 156 starter kelas motor, akhirnya yang mencapai finish hanya 96 orang. Yang rontok itu dengan berbagai alasan seperti tradisi Dakar sebelumnya.
Ada yang kecelakaan dan terluka, problem teknis motor, kehabisan stamina, putus asa, bahkan ada yang meninggal yang tahun ini dialami Paulo Goncalves (Portugal).
Tak perlu cerita panjang betapa pentingnya kekuatan fisik dan mental di ajang Dakar, selain performa motor yang juga harus tangguh.
Ke-5 cewek kita yang mampu melewati itu semua adalah Laia Sanz (Spanyol/Gas Gas Factory Team), Mirjam Pol (Belanda/Husqvarna), Kirsten Landman (Afsel/KTM), Taye Perry (Afsel/Nomade Racing), serta Sara Garcia (Spanyol/Yamaha). Masing-masing finish di urutan 18, 41, 55, 77 dan 86.
Kalau Sanz melebih pencapaian 4 cewek lainnya dan tembus 18 Besar tentu tak mengherankan karena ia rider pabrikan yang rutin ikut Dakar sejak 2010.
Dalam usianya yang 30 tahun, Sanz sudah merambah banyak kejuaraan balap motor enduro dan offroad. Pol dan Landman juga pelanggan Rally Dakar, hanya saja kalah pengalaman dari Sanz.
Kecantikan tak laku di Dakar. Yang dibutuhkan adalah mentalitas petarung, yang tak mudah kendur saat ditimpa masalah.
Itulah modal utama Sanz. Contohnya saat motornya terjungkal di tengah lomba akibat roda depan menghantam lubang.
"Saya tak melihat lubang karena dari kejauhan tampak datar. Benturan sangat keras. Bahu dan jari-jari sangat sakit," katanya.
Ia pun bangkit, tidak menyerah atau mengeluh.
"Rasa sakit itu berpengaruh pada stage berikutnya. Tapi, tujuan saya 100% mencapai garis finish. Kini saya lega sudah melakukannya dengan baik."
Urutan 18 di Dakar 2020 memang hebat. Tapi, buat Sanz, itu adalah kemerosotan prestasi. Karena pada Dakar 2016 ia mencapai finish di urutan 15 dengan motor KTM.
Tahun sebelumnya, 2015, ia bahkan finish ke-9 dengan menggeber Honda.
Kereeen. (rnp)