mobilinanews (Jakarta) – Sosok pereli Tony Hardianto adalah panutan. Pasalnya, kelahiran 1959 ini merupakan pereli yang profesional dan sportif.
Hal itu disampaikan John Yahya Winata, yang selama 4 tahun menjadi manajer tim Impreza motorsport Indonesia. “Beliau pereli profesional dan sportif. Profesional karena untuk reli semua kebutuhan akan dipenuhinya,” ujar John kepada mobilinanews.
Ketika menghadapi sebuah event reli, Tony selalu berusaha menyiapkan diri terbaik. Sampai urusan detil, paman pebalap Bagoes Hermanto dan Satrio Hermanto itu selalu memperhatikan.
Sedang sportif karena tidak ada kamus dalam hidupnya meremehkan pereli lain. “Juga tidak ada kompromi. Sekalipun dengan Pak Tommy Soeharto misalnya. Kalah ya kalah, menang ya menang,” tutur John.
Mungkin ada orang yang berpikir, berlomba bersama Tommy Soeharto yang notabene teman sekaligus bosnya, Tony akan “mengalah”. Nyatanya tidak. Tony menyandang gelar juara nasional 1994, 1995 dan 1995 fight dengan putra mantan Presiden Soeharto.
Tony mulai reli pada 1991 dengan memakai Mazda Familia. Setahun kemudian menggeber Mitsubishi VR-4 besutan Sigma Speed yang dikomandani Sholeh. Pada 1993, masih memakai VR4 tapi kali ini besutan sebuah bengkel reli di Inggris.
Baru pada 1994, mulai menggunakan Subaru Impreza. Hingga kemudian mendirikan Impreza Motorsport.
Tiga tahun menjadi juara nasional, dari 1994-1996, Tony kemudian memilih ajang sprint reli di BSD, Serpong. Hasilnya, tetap menjadi juara nasional.
“Di mata saya, Pak Tony pereli yang mau mendengar masukan orang lain, termasuk manajernya. Kan ada pereli mentang-mentang punya semua, tidak mau mendengar masukan,” lanjut John.
Tony berpulang Sabtu (12/9) di rumah sakit Pondok Indah Jakarta Selatan karena sakit. Almarhum akan dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jaksel hari ini juga selepas sholat ashar.