mobilinanews (Spanyol) - Tinggal pengumuman resmi kalau Pol Espargaro menjadi teammate Marc Marquez di Repsol Honda 2021.
Kedua rider Spanyol ini punya rivalitas negatif sejak keduanya masih balapan motor mini, bukan hanya di lintasan tapi juga persaingan keluarga.
Lantas untuk apa Pol dihadirkan Honda? Terlebih karena itu jelas menyakiti Marc yang harus kehilangan adek kesayangannya, Alex Marquez, yang didapuk dan kemudian dilemparkan Honda ke tim satelit meski sama sekali belum pernah bertanding atas nama Repsol Honda?
Banyak pihak menyebut Alex belum siap di tengah panasnya persaingan MotoGP. Itu pernyataan yang membuat Marc semakin galau dan cenderung marah.
"Faktanya ia (Alex) juara dunia Moto2 (2019). Itu membuatnya pantas berada di MotoGP seperti para alumnus Moto2 lainnya," tegas Marquez.
Sayangnya, kali ini suara Marc Marquez yang sudah teken kontrak jangka panjang tak jadi prioritas Honda.
Pabrikan Jepang itu punya kepentingan lain yang jauh lebih penting dari sekadar memikirkan perasaan Marc, Alex maupun keluarganya.
Kakak beradik ini harus dipisahkan salah satunya demi branding dan marketing Honda, bahwa sukses Marc mendapuk 6 gelar dalam 7 musim di MotoGP karena mesin yang diusung RC213V. Bukan semata karena Marc.
Anggapan itu yang harus dibuang dari mata publik sebelum dianggap menjadi sebuah kebenaran.
Fakta di lapangan pun memperkuat kesan itu. Tahun lalu, misalnya, Marc sendirian mendapuk total poin 420.
Jauh melebihi perolehan tiga joki Honda lainnya meskipun jumlah angka mereka digabung (total poin Jorge Lorenzo, Cal Cructhlow dan Takaki Nakagami hanya 235, atau selisih 185).
Musim sebelumnya (2018) Marc cetak poin 321. Rekan setimnya, Dani Pedrosa hanya 117.
Salah satu yang berkomentar miring itu adalah Direktur Sport Ducati Paolo Ciabatti. Katanya, Honda juara hanya karena Marc yang jadi jokinya.
Ini memancing komentar balik dari Team Principal Repsol Honda Alberto Puig, membuat hubungan keduanya sempat panas.
Kesimpulannya, Honda memang butuh figur pendamping yang mampu menyaingi Marc dalam perolehan poin.
Tujuannya itu tadi, menepis anggapan RC213V hanya cocok buat Marc, bahwa Honda yang berkontribus menjadikan Marc juara dunia. Bukan sebaliknya.
Pol Espargaro adalah figur yang dimaksud. Rivalitas panjangnya dengan Marc sudah buktikan potensi perlawanan keras.
Kini dengan spek motor yang sama, bolehlah berharap persaingan internal Repsol Honda akan menjadi lebih bergemuruh dari sebelumnya. Mungkin saja Pol tak menjadi juara dunia tahun depan, tapi potensinya Marc sangat besar.
"Pol sangat paham kekuatan dan kelemahan Marc. Keduanya sama-sama agresif. Dengan motor yang sama, jelas Pol punya peluang bersaing," komentar Herve Poncharal, pemilik tim Tech3, yang mengangkut Pol dari Moto2 ke MotoGP.
Alasan lain memisahkan Marc dan Alex bisa jadi untuk menjaga fokus sang juara dunia. Kedekatan Marc dengan adiknya bisa jadi bumerang di dalam tim.
Saat tes pra musim di Malaysia dan Qatar, misalnya, konsentrasi Marc banyak tercurah untuk urusan sang adik. Ia tuntun si adek sebagaimana seharusnya seorang kakak. Itu alami.
Acap tak terelakkan meski seberapa besar pun keinginan mereka untuk bertindak profesional.
So,memang sebaiknya biarkan saja dulu Alex belajar dan bermain dengan caranya sendiri. Sekaligus menjaga perasaan para staf di sekitarnya dari kemungkinan perasaan diintervensi sang kakak. (rnp)