mobilinanews (Jepang) - Usai GP Jepang, para pemburu gelar 2024, Francesco Bagnaia dan Jorge Martin, sudah nyatakan perlunya bermain aman dengan meminimalisir resiko dalam 4 seri balapan tahun ini. Mereka tak akan bermain keras jika bukan pada sesi penentuan gelar 2024.
Itu diperlihatkan Martin di balap utama GP Jepang, Minggu (6/10). Ia tak berani ambil resiko mengejar Bagnaia di beberapa lap terakhir karena sadar akan resikonya. Bannya sudah terlalu keras bekerja karena start dari P11 hingga sampai P2 di belakang Bagnaia. Ia takut jatuh, padahal 20 poin sudah di tangan.
"Kalau tak jatuh saat kualifikasi, ceritanya tentu berbeda. Tapi, finish P2 sudah terbaik untuk hari ini," kata Martin yang tadinya unggul 21 poin kini terpangkas tinggal 10 poin saja.
Hal sama diapungkan Bagnaia yang sempat waswas karena tekanan keras Pedro Acosta pada bagian awal balapan. Ia tak ingin memaksa menambah kecepatan untuk hindari resiko, sampai akhirnya Acosta justru jatuh sendiri.
"Ke seri berikutnya, saya akan pertahankan semangat dan ambisi memenangkan race, tetapi dengan perhitungan resiko yang lebih matang," ucap Bagnaia yang yang untuk kali pertama meraih kemenangan di GP Jepang.
Dengan begitu bisa diprediksi kedua pemburu gelar itu akan bermain lembek dalam arti tidak akan seagresif sebelumnya pada dua race beruntun di GP Australia dan Malaysia nanti. Memang logis kalau keduanya akan memilih main aman di dua seri itu.
Lain hal di dua seri terakhir, GP Thailand dan Valencia, yang bisa jadi akan menjadi serial hidup dan mati dalam konteks perebutan gelar. Apa pun resikonya akan diambil demi poin-poin penentuan gelar.
"Tahun ini ketatnya perebutan poin ditentukan oleh siapa yang banyak salah dan kecelakaan. Sangat mudah membuat kesalahan," kata Bagnaia beberapa waktu lalu.
Itu terbukti lagi di GP Jepang. Jika Martin tak celaka di sesi kualifikasi yang membuatnya start dari urutan ke-11 tentu jalannya lomba pasti berbeda.
"Ya, sangat mungkin saya bisa fight lebih awal di baris depan," imbuh pembalap tim Pramac Ducati itu.
Dengan kondisi itu maka tontonan menarik yang bisa menghibur fans di seri berikut akan bergeser kepada duel keras Enea Bastianini (pabrikan Ducati) dengan Marc Marquez (Gresini Ducati). Biarkan Bagnaia dan Martin memainkan gaya main aman masing-masing.
Bastianini dan Marquez sudah memulai duel berkelas, terbaru di sesi sprint GP Jepang, di mana Bastianini dengan gagah berani melayani permainan keras dan taktis khas Marquez selama ini.
Sayang, pada main race tak terulang lagi. Meski Marquez dan Bastianini finish P3 dan 4 tapi tak ada momen wheel to wheel antara GP23 versus GP24.
"Saya tak menduga Marc bisa menyalip Brad (Binder/KTM) dengan sangat mudah. Beda dengan saya, sangat sulit menyalipnya karena ia bertahan sedemikian rupa. Itu membuat saya bertanya kenapa ia lakukan hal itu," komentar Bastianini yang akhirnya menuding gaya bertahan Binder membuat waktunya jadi jauh dengan Marquez.
Meski demikian mari berharap kesempatan duel head to head akan terjadi sepanjang sisa musim ini. Bukan hanya untuk perebutan posisi 3 Besar di klasemen akhir, tetapi lebih kepada gengsi pribadi.
"Saya ingin membuktikan kepada Ducati kalau mereka salah menendang saya dan memilih Marc," tandas Bastianini yang motornya di garasi tim pabrikan ducati tahun depan diambil-alih Marquez.
Hal sama pastinya berlaku kepada Marquez yang selalu ngotot tampil di depan. Ia pun wajib membuktikan dirinya lebih pantas jadi pendamping Bagnaia ketimbang Bastianini.
Masuk ke GP Australia pada 18-20 Oktober nanti Bastianini dan Marquez berada di peringkat 3 dan 4 dengan total poin 313 dan 311. Hanya berjarak 2 poin, tetapi itu berdampak pada harga diri masing-masing. (rn)