
mobilinanews (Jakarta) – Banyak pengemudi di jalan masih salah kaprah soal penggunaan lampu hazard. Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi adalah menyalakan lampu hazard saat hujan deras atau kabut tebal. Mungkin maksudnya ingin memberi tanda kepada pengendara lain bahwa kondisi jalan sedang buruk. Tapi justru, tindakan ini sangat berbahaya dan bisa memicu kecelakaan.
Menurut Jusri Pulubuhu, Pendiri dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), lampu hazard hanya boleh digunakan dalam kondisi darurat dan bukan saat kendaraan sedang berjalan.
"Lampu hazard hanya boleh digunakan pada saat kendaraan berhenti, lebih khususnya dalam keadaan darurat. Contohnya, saat mobil mogok di jalan tol atau ketika mobil terpaksa berhenti di jalur cepat dan daerah blind spot," jelas Jusri.
Jadi, menyalakan lampu hazard saat hujan atau kabut bukanlah tindakan yang benar. Justru hal ini bisa membahayakan pengemudi lain, karena kendaraan di belakang akan kesulitan membedakan apakah mobil di depan sedang berhenti atau masih melaju.
Berdasarkan aturan yang berlaku, lampu hazard hanya boleh dinyalakan dalam kondisi darurat. Berikut beberapa situasi yang benar-benar membolehkan penggunaan lampu hazard:
Saat mobil mogok
Jika kendaraan mengalami kerusakan atau mogok di tengah jalan, terutama di jalan tol atau jalan raya yang padat, menyalakan lampu hazard bisa memberi peringatan kepada kendaraan lain untuk berhati-hati.
Ketika terpaksa berhenti di jalur cepat atau blind spot
Jika Anda harus berhenti di tempat yang sulit terlihat oleh kendaraan lain, seperti di tikungan tajam atau di jalur cepat, lampu hazard bisa membantu memberi tanda kepada pengendara lain untuk waspada.
Saat mengalami kecelakaan atau insiden darurat
Jika terjadi kecelakaan dan Anda perlu berhenti mendadak, menyalakan lampu hazard dapat memberi sinyal kepada pengendara lain agar mengurangi kecepatan dan berhati-hati.
Konvoi dengan pengawalan resmi
Pada situasi tertentu, seperti iring-iringan kendaraan penting yang mendapat pengawalan resmi, lampu hazard bisa digunakan untuk memberi tanda kepada pengendara lain.
Banyak orang mengira bahwa lampu hazard bisa membantu meningkatkan visibilitas saat hujan deras atau kabut. Tapi faktanya, menyalakan lampu hazard dalam kondisi tersebut justru bisa membingungkan pengendara lain dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Membingungkan kendaraan lain
Ketika lampu hazard menyala, lampu sein tidak akan berfungsi. Ini bisa membuat pengendara lain sulit mengetahui jika Anda akan berbelok atau berpindah jalur.
Meningkatkan risiko kecelakaan
Pengemudi lain mungkin mengira bahwa mobil Anda sedang berhenti di tengah jalan, sehingga mereka bisa melakukan pengereman mendadak yang berbahaya.
Ada cara yang lebih benar untuk meningkatkan visibilitas
Jika hujan deras atau kabut menghalangi pandangan, gunakan lampu utama atau lampu kabut. Kedua lampu ini dirancang khusus untuk kondisi cuaca buruk tanpa membingungkan pengendara lain.
Daripada menyalakan lampu hazard, berikut beberapa langkah aman yang bisa Anda lakukan saat berkendara di tengah hujan deras atau kabut tebal:
Gunakan lampu utama atau lampu kabut – Ini membantu pengendara lain melihat kendaraan Anda tanpa mengganggu visibilitas mereka.
Kurangi kecepatan – Mengemudi terlalu cepat saat hujan bisa menyebabkan aquaplaning (ban kehilangan traksi di atas air).
Jaga jarak aman – Jarak pengereman lebih panjang saat jalan basah, jadi beri ruang lebih untuk kendaraan di depan.
Gunakan wiper dan defogger – Pastikan kaca depan tetap bersih agar visibilitas maksimal.
Jangan melakukan pengereman mendadak – Ini bisa membuat kendaraan selip, terutama jika jalan licin.
Lampu hazard bukan alat untuk memperjelas keberadaan kendaraan saat hujan atau kabut. Sebaliknya, penggunaannya yang tidak tepat justru bisa membahayakan diri sendiri dan pengendara lain.
Yuk, mulai dari diri sendiri! Pahami aturan yang benar dan gunakan lampu hazard hanya dalam situasi darurat, bukan saat hujan atau kabut. Dengan begitu, kita bisa menciptakan jalan raya yang lebih aman bagi semua pengendara.