
mobilinanews (Jakarta) - Di balik sorotan lampu lalu lintas dan deru kendaraan di Jakarta serta kota kota besar lainnya hidup ribuan pengemudi ojek online yang setiap harinya bergelut dengan panas hujan dan tekanan dari aplikasi yang mereka andalkan untuk mencari nafkah
Tanggal 20 Mei 2025 menjadi momentum bagi para pengemudi ojol untuk angkat suara dalam aksi besar besaran di Jakarta Mereka tidak datang dengan tuntutan mewah Mereka hanya ingin satu hal yang sederhana namun selama ini terabaikan keadilan dalam sistem pembagian pendapatan
Menurut aturan resmi Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 1001 Tahun 2022 biaya potongan maksimal yang dikenakan kepada driver ojek online adalah 20 persen dari tarif perjalanan Angka itu sudah berlaku sejak tiga tahun terakhir dan seharusnya menjadi batas aman yang melindungi hak pengemudi
Namun kenyataannya tak sesederhana itu
Bari bukan nama sebenarnya adalah pengemudi Go-Jek asal Karanganyar yang menyampaikan keresahan para ojol di lapangan Meski potongan aplikator tetap di angka 20 persen kini muncul komponen baru dalam skema pembagian pendapatan yaitu biaya jasa aplikasi yang ditanggung pelanggan tapi berimbas langsung ke jumlah order yang masuk
"Kalau order Rp 23 ribu itu sebenarnya tarif antar cuma Rp 20 ribu Sisa Rp 3 ribu itu biaya aplikasi" kata Bari "Nah dari Rp 20 ribu itu kami dipotong 20 persen Jadi bersihnya cuma Rp 16 ribu"
Kebingungan tak hanya dirasakan pengemudi tapi juga pelanggan Banyak pelanggan yang mengira pengemudi menerima semua uang yang dibayarkan padahal kenyataannya berbeda Biaya aplikasi membuat total harga meningkat tanpa ada penjelasan detail yang mudah dipahami pengguna
Hal ini disampaikan juga oleh Dian seorang driver lain yang membagikan pengalamannya menerima orderan senilai Rp 28.500 Namun dari jumlah tersebut langsung dipotong Gojek Deposit Rp 6.900 Artinya hampir 28 persen langsung hilang dari pendapatan bersih
"Kadang di aplikasi muncul notifikasi potongan 20 persen Tapi kenyataannya bisa lebih dari itu Ada fitur tambahan kayak Go-Green atau promo promo yang akhirnya juga ngurangin bagian kami" jelas Dian
Tak heran jika kemudian banyak pelanggan mulai pindah ke aplikasi lain karena merasa dibebani sementara pengemudi makin sedikit menerima hasil dari kerja keras mereka
Kondisi ini kian rumit ketika orderan makin sepi Di satu sisi tarif tetap tidak berubah bahkan cenderung rendah tapi beban operasional seperti bensin pulsa cicilan motor dan servis terus berjalan Tidak sedikit pengemudi yang harus berutang hanya untuk menambal kebutuhan sehari hari
"Potongan makin banyak tapi harga kebutuhan makin naik Sementara pendapatan kami stagnan Bahkan turun" kata Dian
Banyak pengemudi yang dulu bisa mengandalkan ojol sebagai penghasilan utama kini mulai mencari pekerjaan tambahan Mereka kerja serabutan jadi buruh harian hingga pekerja lepas demi menutup biaya hidup
Aturan dari pemerintah sebenarnya sudah ada Tapi implementasinya sering kali tidak konsisten dan transparan Pengemudi merasa tidak pernah diberi penjelasan rinci mengenai bagaimana potongan dihitung Sementara pihak aplikator berdalih sistem sudah sesuai regulasi
Sayangnya minimnya pengawasan dan absennya transparansi membuat banyak pengemudi merasa dibiarkan berjalan sendiri Mereka harus mempelajari sistem sendiri menanggung biaya sendiri dan mencari cara bertahan sendiri
Ojol pernah dianggap sebagai simbol kebebasan finansial kerja fleksibel tanpa bos dan peluang pendapatan yang menjanjikan Namun kini cerita itu berubah menjadi perjuangan bertahan hidup Jalanan menjadi saksi bisu ketimpangan antara tenaga yang dikerahkan dan hasil yang diterima
"Kerja seharian muter keliling kota Tapi pas dihitung hasilnya cuma cukup buat isi bensin dan makan seadanya" ujar Bari lirih
Aksi para pengemudi pada 20 Mei bukan sekadar unjuk rasa Mereka membawa harapan akan perubahan sistem yang lebih manusiawi Mereka meminta transparansi keadilan dan perlindungan dari negara atas pekerjaan yang semakin rentan di tengah perkembangan teknologi
Karena pada akhirnya pengemudi ojol bukan hanya titik di peta Mereka adalah kepala keluarga ayah ibu anak muda yang menggantungkan harapan pada motor tua dan aplikasi pintar yang kini makin rumit
Kini saatnya pemerintah dan aplikator duduk bersama mendengar suara dari jalan dan membuat sistem yang bukan hanya canggih tapi juga adil dan berperikemanusiaan