mobilinanews (Jakarta) – Menyikapi Munas IMI lalu di Hotel Borobudur Jakarta yang diwarnai walk out kandidat ketum IMI Prasetyo Edi Marsudi dan 13 Pengprov pendukungnya, dinilai masih akan menyisakan persoalan.
Terutama bagi PP IMI ke depan menyusul terpilihnya Sadikin Aksa secara aklamasi sebagai ketum PP IMI. Selama ini sekeras apapun persaingan antar kandidat, tidak sampai ada yang walk out dengan membawa sejumlah Pengprov IMI.
“Saya sedih IMI mau ke mana? Saya sendiri nggak tahu gimana. Tapi sebaiknya ke depankan dialog, jangan sampai IMI terpecah,” ujar Indrajit Sardjono, senior pelaku motorsport Indonesia kepada mobilinanews.
Mantan Kepala Departemen Olahraga PP IMI dan tokoh reli Indonesia sekali lagi mengharapkan agar bisa diselesaikan dengan dialog terbuka. Jangan merasa ada yang sudah menang.
“Dialog terbuka saja. Kedepankan kebersamaan demi persatuan IMI. Masing-maisng ada kelebihan dan kekurangannya. Tidak perlu ada rasa lebih hebat atau kurang hebat,” tutur Indrajit.
“Perlu kearifan dua pihak. Demi IMI bersatu dan solid. Karena saya tidak membayangkannya kalau salah satu pihak tidak mau berdialog. Sudah dan akan deadlock. Yang terkorbankan adalah kemajuan olahraga kendaraan bermotor di Indonesia,” tutur Indrajit.
Dialog tuh endingnya harus power sharring?
“Saya tidak tahu endingnya harus apa? Dimulailah dengan dialog terbuka, memakai kepala dingin dan mengedepankan IMI-nya,” ungkap advisor rally FIA itu.
Seperti diketahui kemenangan secara aklamasi yang diraih Sadikin Aksa dianggap belum legitimate dan belum bisa dilantik karena kubu Pras membawa masalahnya ke KONI Pusat untuk dimediasi. Kalau tidak ada kata sepakat, persoalan akan dibawa ke Badan Arbitrase Olahraga Indonesia. Rekomendasinya, bisa berujung Munas ulang.
Kubu Pras kabarnya membawa banyak bukti kecurangan dilakukan kubu Sadikin. Itu yang dibawa ke KONI sebagai induk organisasi olahraga di Indonesia.
Kita tunggu saja.