mobilinanews (Jakarta) - Dalam pembahasan mengenai angkutan lingkungan roda tiga di Jakarta, rekan-rekan wartawan mengajak Darmaningtyas dari Institute for Transportation Studies dan Anton Chrisbianto selaku Wartawan Senior dibidang otomotif untuk mencari solusi perihal penghapusan transportasi lingkungan roda tiga atau masyakarat biasa menyebut bajaj.
Seperti yang kita ketahui, pertumbuhan transportasi di Jakarta sudah tidak dapat dibendung lagi. Bahkan menurut data yang diutarakan oleh Anton Chrisbianto, Jakarta akan mengalami kelumpuhan lalu lintas pada tahun 2029.
Lanjut kepada wacana penghapusan transportasi lingkungan roda tiga, dalam hal ini kita biasa menyebutkan bajaj. Darmaningtyas merasa hal itu tidak perlu dilakukan. "Transportasi roda tiga seperti bajaj yang ada di Jakarta itu cukup membantu masyarakat. Itu membantu masyarakat untuk mengantar dalam jarak dekat. Bajaj juga menjadi salah satu transportasi yang dapat melibas kemacetan cuma memang saat ini rutenya sudah dibatasi," ujarnya.
Masih menurut pria yang gemar menulis ini, bahwa sejatinya bajaj atau bemo (becak motor) yang ada saat ini harus dipertahankan. "Keberadaan bajaj dan bemo bukan karena tampilan fisiknya, namun kita lihat dari fungsinya. Saya juga sedang berusaha agar angkutan ini bisa memberikan layanan yang berkulitas seperti halnya bajaj yang ada di India," terangnya.
"Di India, bajaj sudah menggunakan AC dan juga Wifi. Tidak menutup kemungkinan di Indonesia juga memberlakukan hal yang sama. Cuma kita kembalikan kepada pemerintah bagaimana kebijakannya mengenai transportasi ini."
Disisi lain, Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta berencana mengubah bajaj dari kendaraan beroda tiga menjadi roda empat, mulai tahun depan. Alasannya, agar moda angkutan umum ini memenuhi undang-undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Namun Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) langsung menolak rencana itu dan menilai tidak efektif mengatasi masalah kemacetan di ibukota. (Zhein)