F1 2025: Max Verstappen Pergi atau Tetap di Red Bull Racing, Ditentukan Dalam 4 Bulan ke Depan

mobilinanews ( Inggris) - Baru dua race awal kompetisi F1 2025 berlangsung. Masih ada 22 seri menanti. Tapi, masa depan Max Verstappen di Red Bull Racing (RBR) tetap panas. Rapat darurat pun digelar Red Bull di Milton Keynes.
Rapat itu belum digelar. Tapi, Senior Advisor RBR Helmut Marko menyebut segera dilakukan usai penampilan buruk RBR di GP China kemarin. Kabarnya, rapat genting itu akan menentukan nasib Liam Lawson sebagai pendamping Verstappen, dan tentu saja langkah strategis yang harus dilakukan RBR agar Verstappen tetap berada di jalur perburuan gelar 2025.
"Jika performa mobil tetap tak berkembang, RBR bisa kehilangan Max di akhir musim," ucap Marko usai GP China dimana Verstappen gagal naik podium.
Sebelumnya di GP Australia, ayah Verstappen (Jos Verstappen) juga mengungkap kegelisahannya karena RB21 besutan anaknya tampak tak kompetitif melawan MCL39 milik tim McLaren. Bahkan juga terancam oleh Mercedes dan Ferrari.
"Jika tahun ini gagal meraih gelar maka itu bukan karena kesalahan Max," tegas Jos yang sejak tahun lalu dikabarkan berkomunikasi dengan bos Mercedes Toto Wolff soal potensi anaknya mendarat di tim pabrikan Jerman itu.
Komentar Marko dan Jos menggambarkan kalau Verstappen kini tak baik-baik saja di RBR. Meski kontraknya di RBR baru kadaluarsa pada akhir musim 2028, juara dunia 4 kali itu menegaskan ingin bertahan sampai kontraknya tuntas. Tapi, tak menutup kemungkinan dirinya pergi jika sudah tak nyaman di RBR. Nyaman dalam arti ia dibekali mobil kencang yang memungkinkannya meraih gelar lagi.
Di tengah rencana rapat darurat tim RBR, justru beredar rumor rahasia soal klausul dalam kontrak Verstappen yang memungkinkannya pergi di tengah masa kontrak. Isu tersebut dan diedarkan beberapa media khusus F1 menyebut Verstappen boleh pergi dari RBR jika usai GP Belgia pada 27 Juli mendatang atau seri ke-13 dari 24 jumlah balapan F1 2025, posisi Verstappen berada di luar 3 Besar klasemen kejuaraan.
Belum jelas kebenaran klausul kontrak itu, namanya juga isu. Yang pasti, Verstappen sendiri sudah mengeluh soal performa RB21, mobil besutannya tahun ini yang tak lagi kena sentuhan desainer top Adrian Newey yang selama ini menjadi kunci sukses RBR meraih 8 gelar lewat Sebastian Vettel dan Verstappen.
Akan kemana Verstappen pergi jika sudah tak betah di RBR?
Sejauh ini hanya 2 tim yang berpotensi dan mampu membayar gajinya yang tinggi. Yakni Mercedes dan Aston Martin.
Meski dibantah Wolff, Verstappen diduga sudah diplot sebagai pengganti George Russell yang kontraknya habis di Mercedes pada tahun ini. Tak lain karena Wolff dikenal sudah memburu Verstappen dalam beberapa tahun terakhir dan salah satu caranya adalah dengan mengakrabkan diri dengan Jos. Apalagi ayah Verstappen itu tak akur dengan Team Principal RBR Christian Horner yang juga musuh bebuyutan Wolff.
Selain gaji besar, peluang ke Aston Martin juga sangat besar karena keberadaan Newey dan Honda dalam tim milik konglomerat Kanada Lawrence Stroll itu. Kehilangan sosok Newey sejak musim 2024, reuni pada 2026 bisa membuka peluang Verstappen meraih gelar lagi. Apalagi, pada 2026 itu Honda meninggalkan RBR dan pindah menjadi pemasok mesin Aston Martin. Sementara RBR sendiri akan berkolaborasi dengan Ford yang sudah lama vakum di ajang F1.
Terlepas benar atau tidak soal klausul 3 Besar di GP Belgia itu, tetap menarik menganalisa kemungkinan perjalanan Verstappen tahun ini. Setelah 2 seri balap di Australia dan China, ia memang bertengger di peringkat 2 klasemen di bawah Lando Norris (McLaren). Masing-masing dengan total poin 44 dan 36.
Posisi Verstappen belum nyaman dan aman. George Russell (Mercedes) dan Oscar Piastri (McLaren) menguntitnya dengan nilai 35 dan 34. Jika konsisten maka tinggal menunggu waktu keduanya menggusur Verstappen di klasemen. Karena itu tak salah kalau Marko mendesak rapat darurat untuk menyelamatkan Verstappen tetap di jalur perebutan gelar dan tetap merasa nyaman dengan timnya. (r)