mobilinanews (Jakarta) - Perlu beberapa edisi buku untuk menuliskan kiprah Tinton Suprapto di ajang olahraga nasional. Khususnya di dunia balap meski ia juga aktif sebagai pembina di dunia tinju amatir dan profesional.
Di arena balap, Tinton adalah pembalap tulen, komplit dan terlibat sebagai atlet di banyak cabang motorsport. Mulai dari pembalap liar di berbagai jalanan Jakarta baik dengan motor maupun mobil. Berbagai kisah menarik bisa jadi lucu-lucuan dari hobi anak-anak muda itu.
Dari jalanan, aksinya kemudian berlanjut ke ajang balap resmi di Sirkuit Ancol, reli nasional dan internasional, dan puncaknya adalah Rally Dakar berpasangan dengan Dolly Indra Nasution dan Richard Hendarmo.
Setelah ikut balapan resmi, nasional dan internasional dengan begitu banyak trofi, Tinton mulai berpikir untuk pembinaan para pembalap Indonesia. Sirkuit Ancol yang menjadi ajang petualangan resminya bersama para dedengkot balap lainnya dinilai tak lagi layak menjadi sirkuit.
Bersama Tommy Soeharto, Tinton menggagas pembangunan Sirkuit International Sentul pada pada awal 1990-an.
Lewat tangan dingin putra seorang jenderal TNI-AD ini mulai menggebrak dengan menghadirkan berbagai event internasional di Sirkuit Sentul. Mulai dari balap single seater Formula Asia, A1 Grand Prix, WSBK dan MotoGP pada 1996 dan 1977.
Sukses penyelenggaraan MotoGP sekaligus sukses seorang Tinton dalam pergaulan di komunitas petinggi balap dunia. Ia berteman dengan pemilik Dorna Sport Carmelo Ezpelata. Dari situ juga Tinton terhubung dengan Bernie Ecclestone yang punya kuasa penuh di F1.
"Gua belum puas kalau Indonesia belum menggelar F1. Kita bangsa pejuang, pasti bisa," kata Tinton pada satu kesempatan. Ia memang selalu berapi-api jika bicara soal perjuangan bangsa.
Berkat duet Tommy dan Tinton, Indonesia sudah masuk daftar penyelenggara F1 untuk 1998. Untuk itu, pada 1977, Tinton dan Tommy, beserta beberapa anggota rombongan berangkat ke GP Australia di Melbourne untuk rapat khusus dengan Ecclestone. Sayang, rapat yang sudah dijadwalkan Ecclestone itu gagal dilangsungkan karena hal teknis.
Lebih disayangkan lagi, rencana menjadi tuan rumah F1 pun batal. Opsi jadi penyelenggara di musim 1999 pun porak poranda akibat gempuran krisis moneter dan kerusuhan pada Mei 1998.
Tinton sedih. Ia merasa punya utang F1.
Hari ini, 21 Mei 2025, sang pelopor masuk usia 80 tahun. Tentu saja ia masih berharap suatu saat nanti Indonesia menjadi penyelenggara F1, dan akan lebih bahagia jika ada local hero di dalamnya. Ia sadar itu tak mudah, terlebih karena Sirkuit Sentul harus dibangun ulang untuk menyesuaikan dengan persyaratan teknis penyelenggaraan F1 yang semakin ketat dan kompleks.
Hari istimewa ini akan dirayakan secara khusus oleh keluarga dan sohib-sohib Tinton di dunia balap di Hotel Lorin yang masih berada di kawasan Sirkuit Sentul.
Happy Birthday bosss! Sehat selalu, semoga cita-cita F1 bisa dilanjutkan generasi berikutnya. Aamiin. (r)