mobilinanews (Sentul) - Terkait regulasi baru (Buletin IMI) mengenai diijinkannya melakukan penggantian master rem untuk Kejurnas Indonesia Touring Car Championship (ITCC), menjadi polemik diantara para pebalap. Lantas bagaimana tanggapan Taqwa Suryo Swasono selaku Kabiro Tehnik PP IMI ?
"Buletin dikeluarkan atas pertimbangan kepada masukan peserta yang disampaikan ke komisi balap dan ditindaklanjuti oleh paraf ketua atau wakil Ketum IMI. Semua peserta bisa sampaikan masukan baik ke personal maupun langsung ke komisi balap," ujar Taqwa kepada mobilinanews.
Dalam hal ini pria gaek di bidang balap selama belasan tahun ini, merujuk pada sikap dan tindakan yang biasa dikeluarkan FIA (organisasi bermotor dunia) yang kerap mengeluarkan buletin para hari pelaksanaan balap.
"Di dunia balap internasional keluarnya buletin adalah suatu keputusan mendasar yang dirangkum berdasarkan kondisi dilapangan, dan dipatuhi oleh semua pebalap. Tahun ini saja sudah dikeluarkan 3 buletin, tapi kenapa yang sekarang justru menjadi polemik," paparnya lagi.
Menurutnya tidak ada yang dirugikan dengan dikeluarkannya buletin karena dasar pertimbangannya safety yang merujuk kepada beberapa kejadian crash karena rem tidak optimal saat di tikungan seperti yang dialami Fitra Eri dan Sendy yang menggunakan Honda Jazz baru.
Karakter Honda Jazz baru rem depannya sama dgn jazz lama. Jazz baru rem belakang menggunakan tromol dan jazz lama pakai diskbrake, yang artinya sistem pengereman lebih bagus jazz lama. Jazz baru master rem atas dan booster lebih kecil dari Jazz lama, yang berarti kemampuan ngerem dibawah Jazz lama. Kasta sistem Jazz lama lebih bagus dibandingkan Jazz baru.
"Pada dasarnya regulasi yang dikeluarkan sudah berdasarkan pertimbangan, khususnya safety reason. Buletin ini juga tidak menguntungkan buat saya pribadi, secara poin tertinggi ada di Alvin, semata karena concern terhadap safety," pungkas Taqwa.
Terlepas dari diterbitkannya buletin yang mengundang polemik, rasanya jika semua pihak bisa merespon secara positif, baik masukan dari peserta hingga terjadi kesepemahaman berupa buletin, tentunnya tidak jadi masalah toh!