F1 2025: Sebut Black Art, McLaren Akui Rekayasa Pada Manajemen Ban MCL39

Selasa, 06/05/2025 20:45 WIB | Rulin purba
Oscar Piastri dan Lando Norris di GP Miami dengan manajemen ban yang direkayasa. (Foto: f1)
Oscar Piastri dan Lando Norris di GP Miami dengan manajemen ban yang direkayasa. (Foto: f1)

mobilinanews (AS) - Kecepatan McLaren gila-gilaan di GP Miami, AS, lalu. Mercedes diasapi dengan gap 37,6 detik di garis finish. Max Verstappen di atas RB21 malah ditinggal 39,956 atau hampir 40 detik.

Pasangan McLaren Oscar Piastri dan Lando Norris benar-benar berkuasa dengan lagi-lagi finish 1-2. Piastri bahkan meraih hatrrick, menang tiga seri berturut, yang terakhir kali diperoleh McLaren pada 25 tahun lalu.

Lantas, darimana McLaren bermesin Mercedes itu mendapat kecepatannya?

Itu yang kini menjadi topik panas di paddock F1. Pastinya bukan karena mesin, karena pasokan mesin Mercedes sewaan ke McLaren pastinya tak lebih bagus dari mesin di skuad tim pabrikan Mercedes sendiri. 

Ternyata, kecepatan itu didapat McLaren dari menejemen ban. Seperti diketahui, performa ban salah satu sektor krusial dalam balapan. Bukan soal kompon semata, tetapi bagaimana menjaga daya tahannya atau tingkat degradasinya  untuk waktu yang panjang.

Bukan hanya tim rival dan fans, Team Principal McLaren Andrea Stella pun mengaku terkejut dengan selisih waktu dengan Mercedes dan Red Bull Racing yang amat mencolok itu.

Dan, yang lebih mengejutkan adalah pengakuan Stella kalau mereka punya sistem rekayasa tersendiri dalam sistem pendinginan ban. Sistem itu ia sebut Black Art atau seni memenej karet hitam dan bundar itu.

"Saya agak terkejut bahwa selisih yang kami miliki sebesar yang terlihat. Kami memiliki keuntungan dari sudut pandang manajemen ban, tetapi saya tidak berpikir bahwa hal itu akan menyebabkan selisih sebesar ini," kata mantan petinggi tim Ferrari itu seusai GP Miami.

Salah satu hal yang masih sangat penting di F1, katanya, adalah Black Art dalam konteks bagaimana menangani ban sebelum dan selama balapan.  

"Khususnya saat cuaca panas, ada karakteristik lain yang menurut saya bekerja sangat baik dengan mobil kami, yaitu sistem pendingin pada ban," imbuhnya kepada media resmi F1.

Ia mengakui ada rekayasa teknis yang dilakukan McLaren sehingga usia ban Piastri dan Norris relatif lebih awet dibandingkan rival mereka. Terutama pada suhu lintasan yang panas atau  tinggi.

“Saat cuaca panas, kami punya rekayasa hebat yang dilakukan pada sistem pendingin ban. Jadi, saya pikir keunggulan rekayasa di McLaren telah mencapai titik yang dapat membuat perbedaan sejauh ini.”

Ucapan Stella tentang rekayasa itu sontak menarik perhatian. Itu terkait isu yang yang diangkat media Jerman beberapa hari lalu, bahwa tim Red Bull Racing memasang kamera pengintai khusus di pitstop. 

Temuannya aneh dan heboh, lantaran berdasarkan foto itu ada dugaan McLaren gunakan sistem pendingin ilegal pada rem yang berpengaruh pada ban, dan bahkan dugaan kalau McLaren menyuntikkan air untuk pendinginan ban.

Menurut media itu pula Team Principal Red Bull Racing Christian Horner telah mengajukan protes ke FIA dan meminta dugaan itu diinvestigasi. Sejauh ini belum ada komentar apa pun dari FIA. (r)