mobilinanews (Misano) - Para pembalap papan atas MotoGP seperti Marc Marquez, Valentino Rossi, Jorge Lorenzo boleh saja menghujat ban sebagai penyebab penampilan mereka tidak konsisten. Tapi, kita mestinya berterima kasih pada Michelin sebagai penyuplai tunggal karet bundar hitam di kelas para raja balap motor prototipe. Pasalnya, merekalah aktor terciptanya sejarah munculnya 8 pembalap jadi juara dalam 13 seri MotoGP 2016.
Sepanjang musim ini, para pembalap selalu mengeluh dengan ban. “Aku selalu tidak yakin dengan pilihan banku,” bilang Lorenzo. “Aku selalu punya ban pilihan kedua, karena tidak yakin yang terbaik,” aku Rossi. “Daripada bingung, buatku lebih baik kompon keras, atau empuk,” tandas Marquez.
Semua ungkapan itu keluar karena trio penghuni pucuk klasemen selalu bermasalah dengan ban. Ketiganya menyebut performa produk ban asal Negeri Napoleon itu tidak konsisten.
Namun, berawal dari situ lah sejarah jumlah pembalap terbanyak jadi juara dalam semusim tercipta. Karena Michelin ngebut kerja keras menciptakan ban yang bisa mengimbangi tenaga besar dan kecepatan motor-motor MotoGP. Akibatnya, sebagai solusi, pada pertengahan musim, Michelin menawarkan pilihan ban yang lebih banyak. Baik ban kering atau basah, ada pilihan kompon super-soft, soft, medium, hard dan extra-hard.
Dengan seabrek jenis kompon itu, pembalap bisa memilih ban mana yang dipakai sejak sesi latihan bebas, qtt hingga balap. Nah, di sini perjudian ban dimulai. Perbedaan tipis performa tiap tipe kompon membuat pembalap kudu ekstra jeli memilihnya. Kalau tidak, ya da-de-do-, kena masa bodoh. Kalau pas pilihannya, bisa menang. Kalau salah, ya wassalam.
Hal ini tidak pernah terjadi pada musim lalu, ketika Bridgestone jadi suplier tunggal. Tahun lalu, sejak QTT hingga balapan, semua pembalap MotoGP sudah pakai ban yang sama. Hal ini juga yang terjadi di Moto2. Semua starter pakai ban tipe yang sama dari Dunlop.
Nah, dengan pemilihan ban yang lebih mendekati perjudian, karena tim-tim belum punya data Michelin di tiap sirkuit, ini bikin hasil lomba nggak ketebak. Sekaligus kita bisa menilai, pembalap mana yang paling sensitif dan pakar memilih kompon ban.
Seru, kan?! So, terima kasih, Michelin! (Aries Susanto)