Tinton Salahkan IMI Soal Pembatalan Putusan Tim Panel Banding ISSOM

mobilinanews (Jakarta) – Legenda balap Indonesia dan pemilik Sentul International Circuit, H Tinton Soeprapto menyalahkan IMI terkait pembatalan putusan Tim Panel Banding ISSOM di kelas ITCR Max.
“IMI itu lembaga otomotif tertinggi di Indonesia. Sudah membuat keputusan melalui Tim Panel Banding, lalu dicabut lagi, ya bagaimana?,” ujar Tinton kepada mobilinanews.
Jika IMI ragu ketika akan membuat keputusan, Tinton melanjutkan, bisa melakukan komunikasi dengan berbagai pihak yang dianggap paham tentang balap dan senior seperti dirinya.
“Jadi, bisa dihasilkan keputusan yang bijak. Bisa diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Toyota itu pabrikan otomotif terbesar loh, bukan berarti saya ngecilin yang lain. Tapi kalau Toyota dikecilin begitu kan kasihan,” terang Tinton.
“Haridarma (TTI) kan sudah dihukum, satu seri poinnya dihapus oleh Tim Panel Banding IMI. Setelah itu kan gak berani aneh-aneh. Nyatanya, dia menang 6 dari 7 seri. Jangan kemudian diubah menjadi digugurkan semua poinnya, saat seri ISSOM udah selesai,” lanjutnya.
Dalam Peraturan Nasional Olahraga Kendaraan Bermotor (PNOKB) Pasal 62 – Wewenang Banding.
62.1 : IMI melalui Panel Banding yang dibentuk dan ditunjuk oleh IMI Pusat adalah badan tertinggi yang berhak memberikan keputusan akhir dari suatu banding yang diterimanya dan juga berhak untuk membatalkan keputusan-keputusan yang tidak disetujuinya, memberatkan atau mengurangi hukuman-hukuman yang telah diputuskan atau pun juga merehabiilitasi pihak-pihak yang dirugikan.
62.5 : Keputusan Panel Banding adalah mengikat dan final.
Menurut Tinton lagi, kalau ada tim/pihak ketiga yang melakukan protes karena merasa didzolimi (apalagi membawa sampai ke ranah hukum) yang rugi bukan hanya IMI, tapi Merah Putih.
“Gak mau balap mobil lagi ah di Sentul. Keputusannya bisa berubah-ubah. Nah, makanya, sebelum membuat keputusan mesti dipelajari dululah semua,” Tinton mengingatkan.
Menurut Tinton, semua harus berpikir ke depan, jangan hanya untuk sekarang.
"Harus dipikirkan, jangan sampai nanti anak cucu kita, membaca sejarah yang tidak baik. Saya sebagai pemilik sirkuit international satu-satunya di Indonesia juga tak ingin akibat ini ikut kena dampaknya," pungkas Tinton. (Tim mobilinanews)