mobilinanews (Jakarta) - Langkah produsen mobil Tiongkok untuk menguasai pasar Eropa mendapat hambatan besar. Pajak tinggi yang dikenakan Uni Eropa terhadap mobil listrik berbasis baterai alias BEV buatan China membuat para raksasa otomotif seperti BYD dan Chery harus putar arah
Alih-alih mendorong penjualan EV murni keduanya kini justru agresif menawarkan model hybrid khususnya plug-in hybrid electric vehicle atau PHEV di sejumlah negara Eropa. Ini bukan sekadar strategi pemasaran tapi bentuk adaptasi nyata terhadap regulasi tarif yang semakin ketat dan mahal
Data terbaru dari lembaga riset Rho Motion menunjukkan lonjakan signifikan pada penjualan PHEV kedua merek tersebut. Pada Maret 2025 BYD menjual 3269 unit PHEV di Eropa melonjak drastis dari angka nyaris nol pada Juli 2024. Chery mencatat angka 757 unit juga dari sebelumnya hampir tidak ada. Ini menunjukkan perubahan strategi yang cukup radikal hanya dalam hitungan bulan
Pemicunya jelas. Sejak November tahun lalu Uni Eropa resmi memberlakukan tarif impor hingga 45,3 persen untuk kendaraan listrik murni yang dirakit di China. Langkah ini diambil untuk membendung gelombang masuknya mobil-mobil listrik murah asal Tiongkok yang dianggap bisa merusak pasar lokal
Sebaliknya kendaraan PHEV hanya dikenai tarif dasar sebesar 10 persen. Ini tentu jauh lebih ringan dan lebih masuk akal secara ekonomi bagi produsen maupun konsumen di Eropa. Dalam skema tarif saat ini misalnya BYD harus membayar sekitar 10257 euro atau setara Rp 191 juta untuk setiap unit Atto 3 BEV yang dijual di Jerman. Tapi untuk Seal U PHEV biayanya hanya 3999 euro atau sekitar Rp 74 juta. Selisihnya sangat besar dan langsung berdampak pada harga jual di pasar
BYD sendiri tak tinggal diam. Perusahaan ini sudah mengumumkan akan memperkenalkan dua model PHEV tambahan di Jerman pada tahun ini. Ini bukan cuma langkah bertahan tapi sinyal bahwa mereka serius menggarap segmen hybrid di tengah ketidakpastian arah kebijakan pajak dan lambatnya adopsi EV murni di Eropa
Penjualan BEV BYD memang masih menunjukkan pertumbuhan dua kali lipat lebih di bulan Maret dibandingkan tahun lalu mencapai 4633 unit. Tapi angka penjualan PHEV yang naik dari nol ke ribuan dalam waktu singkat menunjukkan pasar merespons perubahan strategi ini dengan baik
Chery juga mengalami dinamika serupa. Dengan total tarif 31,3 persen untuk BEV merek ini justru berhasil menjual lebih banyak model PHEV sebanyak 757 unit dibandingkan hanya 310 unit BEV pada periode yang sama
Sementara di balik layar Uni Eropa dan China saat ini sedang melakukan negosiasi untuk membahas kemungkinan pelonggaran tarif. Tapi sampai ada hasil nyata para pemain besar dari China tampaknya memilih bersikap pragmatis dan fokus dulu di lini hybrid
Tren ini menunjukkan bagaimana pasar otomotif global bukan hanya soal teknologi dan produk tapi juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan internasional. Ketika aturan berubah strategi pun harus ikut menyesuaikan
Bagi konsumen Eropa situasi ini memberi lebih banyak pilihan di segmen hybrid yang selama ini lebih didominasi oleh merek Jepang dan Eropa. Sementara bagi China ini jadi pembuktian bahwa mereka bisa cepat beradaptasi dan tetap kompetitif di pasar luar negeri
Pertanyaannya sekarang apakah strategi hybrid ini hanya solusi jangka pendek atau justru akan menjadi batu loncatan bagi dominasi jangka panjang mereka di benua biru