mobilinanews (Italia) - Tahun lalu Max Verstappen mengalahkan Lando Norris di Sirkuit Imola. Tahun ini ada Oscar Piastri di tengah mereka. Dan, Piastri layak jadi favorit kali ini.
Ya, tiga kemenangan beruntun yang ditorehkan Piastri di Bahrain, Arab Saudi, menjadikannya favorit masuk GP Emilia Romagna di Sirkuit Imola, Italia, akhir pekan ini. Sebelumnya ia juga juara di GP China. So, dengan 4 kemenangan dari 6 seri lomba, pantaslah pembalap Australia itu diunggulkan meraih P1 kali kelima.
Tak hanya bagi Piastri, kemenangan di Imola juga krusial bagi rekan setimya di McLaren, Lando Norris. Begitu pun buat Verstappen (Red Bull Ring). Piastri tengah memimpin kejuaraan pembalap dengan total poin 131. Unggul 16 dan 32 angka dengan Norris dan Verstappen di P2 dan P3.
Buat Verstappen bukan hanya penting, tetapi juga genting. Ini terkait isu masa depannya di RBR dan juga masa depan Christian Horner sebagai team principal RBR. Konon tim membawa perubahan besar pada RB21 yang dikemudikan Verstappen. Up-grade besar-besaran ini akan berlaku untuk beberapa seri selanjutnya di Eropa.
Setelah itu, seperti tim lain, pengembangan mobil mulai dibatasi karena semua tim sudah mulai serius menyiapkan mobil spek 2026 sesuai regulasi FIA terbaru.
Bagi Piastri, kemenangan di Imola bukan hanya untuk mengencangkan posisinya sebagai pemimpin sementara kejuaraan 2025. Itu juga terkait dengan sejarah dan rekor penting di skuad McLaren. Juga terkait dengan nama besar legenda F1 Ayrton Senna (Brasil).
Jika menang di Imola nanti, beruntun 4 kali, maka Piastri akan menyamai rekor 4 kemenangan beruntun Senna bersama McLaren pada musim kompetisi 1991. Rekor yang belum bisa disamai joki McLaren lainnya, termasuk Lewis Hamilton saat meraih gelar pada 2008.
Piastri pasti bermain untuk menang. Bukan untuk menyamai rekor Senna di McLaren, tapi untuk perbesar peluang meraih gelar tahun ini.
Tapi, pastinya, jika sukses menyamai rekor pembalap flamboyan asal Brasil itu maka ini adalah catatan sejarah tersendiri di skuad McLaren.
Jika itu terwujud, entahlah bagaimana cara Piastri merayakannya di Imola. Karena, ironisnya, akhir hidup Senna justru berakhir di Sirkuit Imola pada 1 Mei 1994 yang bertajuk GP San Marino, kala sudah bergabung dengan tim Williams. Mobilnya membentur tembok tikungan Tamburello dengan sangat kencang dan tewas seketika.
RIP Ayrton Senna! Ia layak dikenang. (r)