mobilinanews (Jakarta) - Hal unik di Indonesia banyak yang melakoni beberapa cabang balap sekaligus. Sebut saja pedrifter yang juga turun sebagai pebalap turing atau peslalom yang juga drifter.
Namun, hanya segelintir yang meraih sukses. Demas Agil, contohnya, dengan koleksi 9 gelar juara nasional.
Di ajang slalom, mantan punggawa Nos Fajar Trans kini bernaung di bawah Toyota Team Indonesia (TTI) sudah meraih delapan kali juara nasional slalom, termasuk Kelas F 2017. Satu trofi lainnya ia sabet lewat jalur balap turing.
Wow, 9 gelar nasional! Itu pastilah direbut Demas dengan skill, nyali, dan perjuangan tersendiri. Juga tak lepas dari dukungan pol-polan dari keluarga. Khususnya dari sang ayah, Agus Djohansyah, yang juga peslalom tangguh di masanya.
Demas menyebut ayahnya punya peran sangat besar.
“Kami bahkan pernah berpasangan pada 2008 di event Kejurnas Slalom. Sepanjang musim bersama. Kita pernah head to head juga dan memang saya saat itu satu tim dengan beliau,” ungkap Demas.
Anak muda kelahiran 23 Maret 1992 ini punya alasan khusus memilih slalom sebagai balap perdananya.
“Slalom adalah basis dari balapan roda empat, sehingga dari slalom bisa kemana-mana,” tegasnya.
Atas dasar itulah langkah Demas lantas melebar ke kancah turing dan drifting. Sebetulnya, di awal karir sebagai drifter, ia belum dapat restu orangtua.
Ada sebuah pesan yang ia pegang teguh saat itu. “Saya boleh menambah cabang balap yang lain kalau sudah juara nasional slalom atau status seeded,” kisah Demas.
Dan, saat ini, Demas pun layak diperhitungkan para rival di kancah drifting meskipun sempat vakum tiga tahun berturut. Ketajaman dan kepiawaian dirinya terbukti saat menaklukkan semua lawannya dalam putaran pertama Kejurnas Drifting bertajuk Super Drift.
Seperti slalom, untuk drifting pun Demas punya filosofi sendiri. Di Indonesia,katanya, jenjang ke atas di ajang balap masih terbilang sulit ditapaki karena butuh dukungan finansial cukup besar.
“Kenapa saya ambil drifting? Karena di Indonesia polanya berbeda, bukan ke atas. Karena itu kans go international cukup sulit. Lantaran mentok ke atas maka saya memilih ke samping dengan bermain drifting dan turing,” pungkas alumnus Universitas Bakrie jurusan komunikasi ini.
Keren dah Demas. (m yusuf, budsan)