mobilinanews (Jakarta) – Sebenarnya sudah agak terlambat membicarakan soal tim Penjaringan. Karena toh sudah berhasil menjaring 2 kandidat caketum PP IMI untuk periode 2015-2019. Yakni Sadikin Aksa dan Prasetyo Edi Marsudi.
Namun, kalau tim Penjaringan yang kemudian banyak dipelesetkan menjadi tim Pemancingan bekerja lebih profesional dan fair mestinya bisa menjaring lebih dari dua. Catatan, Pras akhirnya bisa memenuhi syarat minimal rekom pun dengan susah payah.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia versi JS Badudu, kata menjaring itu artinya melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya. Seperti menjaring ikan di laut atau sungai. Berbeda dengan memancing ikan yang hasilnya hanya satu per satu.
Nah, tim penjaringan yang beranggotakan 5 orang dan diketuai Billy Marbun itu seolah telah memiliki agenda tersendiri. Pasalnya, persyaratan yang dibuat sangat ketat. Yakni setiap kandidat harus mendapat rekomendasi minilai 8 Pengprov IMI. Dan satu Pengprov hanya boleh merekomen satu kandidat.
Bandingkan dengan 4 tahun lalu di Munas IMI Solo. Setiap kandidat memang minimal dengan rekom 10, tapi saat itu setiap Pengprov boleh memberikan rekom kepada dua kandidat.
Kenapa disebut tim Penjaringan memiliki agenda terselubung? Indikasi itu kuat karena beberapa kali Nanan Sukarna menyampaikan usul agar rekom cukup 2-3 Pengprov saja. “Kalau perlu 1 Pengprov IMI saja biar banyak yang maju menjadi caketum IMI,” ujar Nanan kepada mobilinanews pada sebuah kesempatan.
Bahkan ketika keputusan tim Penjaringan itu siap ditanda tangan, Nanan masih menawarkan hal sama. Tapi nggak pernah digubris dan direspon. Justru penambahan syarat setor Rp 500 juta kepada pemenang. Sungguh keputusan yang susah dimengerti.
Dengan persyaratan yang dibuat begitu ketat dan berat itu –apalagi kemudian Ikin saat mendaftar dengan mengklaim didukung rekom 27 Pengprov, meski belum tahu keabsahannya. Maka figur seperti Ratih Widyawati, Moreno Soeprapto hingga Nanan Sukarna pun harus gigit jari karena nggak mungkin bisa memenuhi syarat yang diajukan tim Penjaringan itu.
Terkuak kemudian bahwa 4 dari 5 anggota tim Penjaringan disinyalir “orangnya Sadikin Aksa”. Billy sang ketua dan sekaligus ketua bidang organisasi PP IMI bekerja di grup perusahaan milik keluarga Sadikin Aksa.
Kemudian Bambang Kapten Haribowo (IMI Jawa Timur), Medya Saputra (IMI Bengkulu) dan Taqwa (IMI Sulteng) juga sangat pro ke Ikin karena kabarnya dijanjikan konsesi pekerjaan. Satu-satunya yang relatif netral hanya Doni Budi Prihandana dari unsur PP IMI.
Maka jangan heran ketika Prasetyo Edi Marsudi melakukan pendaftaran dan menyerahkan syarat Rp 100 juta pada 30 November lalu hanya diterima Doni Prihandana.
Bahkan saat Pras bersama timnya kembali datang pada 7 Desember untuk melengkapi syarat dengan menyerahkan rekom dari 10 Pengprov dan visi misi hanya diterima staf sekretariat PP IMI.
Tapi ketika Sadikin mendaftar lalu seluruh tim Penjaringan hadir dan bahkan ikut mendampingi ketika melakukan preskon yang lokasinya sekitar satu kilometer dari kantor PP IMI di komplek lapangan tenis Senayan, Jakarta.
Sehingga memunculkan tudingan bahwa tim Penjaringan memang telah terkooptasi dan menskenariokan kemenangan untuk Sadikin Aksa. Apalagi beberapa saat setelah pendaftaran Ikin ke tim Penjaringan di Senayan, kabarnya Billy mengeluarkan statement hanya ada satu calon tunggal yakni Sadikin Aksa.
Sayangnya, ketika mobilinanews mencoba menghubungi Billy melalui WA untuk mengonfirmasi beberapa hal tersebut belum mendapat respon.
Kalau gitu, kita tunggu saja updatenya.