mobilinanews (Jakarta) - Terompet sangkakala besok akan ditiup untuk menandai awal persaingan Pras 86 sebutan untuk Prasetyo Edi Marsudi melawan Ikin panggilan Sadikin Aksa. Keduanya merupakan kader- kader terbaik yang dimiliki IMI saat ini.
Keduanya adalah "orang dalam" yang sudah memahami jeroan dalam tubuh IMI. Saat ini dunia olahraga bermotor boleh berharap banyak dari keduanya. Karena yang akan memimpin IMI adalah Best of The Best.
Dapat dikatakan pertarungan keduanya adalah seperti lomba Champ Of The Champ. Ikin dengan segudang jenjang karier bak naik anak tangga mulai dari pereli, Ketua Pengprov Sulsel, penyelenggara event International rally dan menjadi Wakil Ketua Umum tentu saja sangat memahami Organisasi ini.
Dengan pekerjaan sehari-hari sebagai pengusaha dari sebuah keluarga yang minggu lalu masuk daftar Majalah Forbes sebagai 40 terkaya di Indonesia, tentu saja Ikin sangat memenuhi syarat untuk memimpin IMI.
Demikian pula Pras 86 tak kalah sarat kesuksesan dalam memimpin organisasi. Selain sebagai speed offroader senior, juga sebagai salah satu tokoh partai pemenang Pemilu. Sebagai bendahara tim kampanye Pilkada yang sukses menjadikan Jokowi sebagai Gubernur DKI, sebagai anggota DPRD DKI, dan sekarang Ketua DPRD DKI yang sekaligus sukses mengusung Jokowi sebagai Presiden.
Dengan jenjang karier yang cemerlang seperti itu membuktikan bahwa Pras 86 adalah seorang jago melobi. Tak hanya melobi pengusaha namun juga birokrat. Jangan lupa bahwa kemajuan IMI sangat memerlukan kedekatan dengan dunia usaha dan pemerintahan.
Oleh karena itulah persaingan Pras 86 vs Ikin dapat dikatakan perlombaan sprint test Champ of The Champ. Lalu siapakah yang harus dipilih oleh Pengprov?.
Yang dapat membedakan keduanya adalah susunan kabinet alias susunan pengurus intinya. Karena susunan pengurus sangat menentukan roda sebuah organisasi. Tak ada salahnya jika para petinggi Pengprov menanyakan siapa yang ada di dalam gerbong pengurus keduanya nantinya.
Dari Ikin terlihat ada Jeffrey JP dan Mago Sarwono. Sedang dari Pras 86 terlihat ada tokoh senior sekelas Dolly Indra Nasution, Bambang Gunardi, Faryd Sungkar dan tokoh muda Rifat Sungkar.
Sebaiknya, waktu paparan mengenai visi misi yang dijadwalkan saat Munas IMI tidak perlu lagi acuan utama. Pasalnya, biasanya visi misi dibuat sebaik mungkin namun realisasi belum tentu seperti itu.
Dan sejatinya, visi misi itu telah disampaikan waktu mengapproach Pengprov pasti keduanya sudah memaparkannya. Sebaiknya waktu yang tidak lebih dari 20 menit itu diisi dengan penjelasan bentuk organisasi dan siapakah susunan pengurus yang akan datang.
Pengalaman membuktikan bahwa seorang mantan Wakapolri pun tidak terlalu sukses memimpin IMI karena susunan pengurusnya yang amburadul. Oleh karena itu jangan membeli kucing dalam karung, semuanya harus detil dan transparan.
Selamat menjalankan Munas. Selamat datang pemimpin baru yang penuh harapan.