Mobilinanews (Jakarta) – Setelah Prasetyo Edi Marsudi menyerahkan 13 tanda tangan Pengprov IMI pendukungnya kepada pimpinan sidang paripurna 3, lalu keluar meninggalkan arena Munas IMI. Pras menyatakan walk out.
Tak lama setelah Pras dan pendukungnya meninggalkan Flores Room sebagai tempat pelaksanaan Munas IMI, sidang paripurna mengagendakan pemilihan ketum IMI dilanjutkan.
Hanya saja, karena calonnya tinggal satu yakni Sadikin Aksa, maka kepada pengprov IMI yang tersisa dan tetap mengikuti sidang ditawarkan pimpinan sidang untuk memilih putra Sulawesi Selatan itu dengan cara aklamasi.
“Setujuuuu.,” demikian koor para Pengprov pendukung Sadikin. Tak lama setelah itu, paripurna ditutup dan para pengprov merapat ke depan untuk mengucapkan selamat kepada Ikin. Atau sekadar salaman atau memeluknya.
Sejurus kemudian ketika waktu menunjukkan pukul 9.30 WIB, pataka PP IMI diserahkan salah satu pimpinan tim sukses Ikin yakni Sutarto dari Kalimantan Selatan kepada Sadikin sebagai ketum IMI.
Tapi, kemenangan Ikin dinilai banyak cacatnya. Selain memaksakan pemilihan ketum IMI dengan sistem terbuka, juga tiba-tiba mengganti tata tertib sidang dengan versi baru yang tidak dikertahui kubu Pras. Artinya, tatib yang dibagi sebelumnya yang telah dipelajari diganti baru yang substansi juga berbeda.
Tak hanya, saking ketatnya “menjaga” Pengprov IMI yang telah diikatnya, lantai 15 Hotel Borobudur seperti tempat steril. Bahkan kabarnya para pengprov IMI kubu Ikin handphonenya dipasang chip. Sehingga dipakai komunikasi sama siapapun akan ketahuan. Apalagi kalau menyeberang ke kubu Pras.
Semangat yang penting Ikin harus jadi ketum IMI ini juga dilakukan terhadap siapapun penghuni lantai 14 dan 15 hotel milik taipan Tommy Winata itu.
“Setiap saya mau keluar dan masuk kamar di lantai 14, selalu diawasi dan digeledah . Di depan kamar juga ada orang suruhan Ikin yang saya kira tentara diminta mengamati gerak-gerik kami,” ujar Agung Nugroho ketum IMI Riau.
Tindakan ini, lanjut Agung sangat berlebihan dan tidak mencerminkan kebersamaan dan kekeluargaan sebagai motto PP IMI. Dan masih banyak lagi tindakan yang tidak mencerminkan bahwa pelaku semua otomotif adalah bersaudara.
Bagaimana kelanjutannya? Tunggu update pasca Munas IMI selanjutnya.