mobilinanews (Jakarta) - Terkait hasil putusan tim panel banding ISSOM, mendapat respon dari orang tua pembalap.
"Sebagai pembalap baru, mestinya keputusan yang diambil tidak hanya berorientasi teknik, melainkan juga pertimbangan lain yang lebih bijak," ujar Ari Utama, ayahanda Mirza Putra Utama.
Selain itu, Ari menyayangkan yang tanda tangan hasil tim panel banding bukan ketua IMI. Tapi hanya 3 anggota tim panel yang notabene tak terkait secara struktural IMI.
"Dulu zaman Pak Nanan Soekarna, Ketua IMI yang tanda tangan hasil keputusan tim panel banding," kata Ari.
Lalu, soal kelas ITCR Max itu kan jelas artinya modifikasi (meski tidak sebebas-bebasnya). Tapi di regulasi yang sekarang terkesan ditahan-tahan, alias setengah hati.
"Kalau ditahan-tahan begitu nanti teknologi gak akan masuk-masuk Indonesia. Padahal kita perlu memiliki kelas King. Mudah aja kok, acuan balap mobil FIA aja," sebut Ari.
Lalu dia memberi contoh kesuksesan di ajang speed offroad ketika Haji Sam membuat banyak terobosan terkait teknologi, dengan membuka kelas UTV hingga tubular FFA.
Terakhir, Ari yang hobi adventure offroad memberi masukan kepada IMI, pihak komisi serta Racing Committe untuk secara berkala memberikan penyuluhan kepada para pembalap.
"Penyuluhannya bisa beragam, dari yang teknik dasar balapan, fungsi bendera, tata cara protes hingga update terbaru terkait regulasi," ungkap Ari.
Dengan begitu, akan menjadi proses pemintaran kepada para pembalap utamanya yang baru masuk ajang balap mobil ISSOM di Sentul. (bs)