mobilinanews (Sentul) - Usianya baru 9 tahun 73 hari. Status masih pegokart Cadet. Tapi Qarrar Firhand telah menjelma sebagai salah satu kekuatan baru di ajang gokart Indonesia.
Teranyar, pegokart Tanada Racing ini kembali menguasai kelas Cadet serta 'mengacak-acak' kelas Mini yang notabene 1 kelas di atasnya pada seri 2 Kejurnas Eshark Rok Cup 2020, Minggu (15/3/2020) lalu.
Bagi Al -- begitu Qarrar biasa dipanggil -- menjadi juara 1 kelas Cadet bukan lagi sesuatu yang 'wow'. Pasalnya P1 selalu disandangnya pada 5 event gokart yang telah digelar di Sentul International Karting Circuit (SIKC), Bogor pada awal tahun ini.
Tapi ada catatan menarik dari kiprah siswa kelas 3 SD Al-Wildan International Islamic School 4 Lebak Bulus Jakarta Selatan ini.
Pertama, tentu pada prestasinya yang boleh dibilang spektakuler di round 1 Asian Karting Open Championship (AKOC) pada 16 Februari lalu.
Sekali lagi disampaikan, Al dengan status pegokart Cadet mampu mempecundangi para pegokart yang mayoritas kelas Mini, dari sesi QTT hingga Final.
Ya, putra mantan pegokart kenamaan Firhand Ali ini menjadi juara 1 kelas Mini, menyisihkan pegokart Malaysia, Filipina dan para seniornya dari Indonesia.
Kiprah Al saat itu disaksikan langsung Hutomo Mandala Putra owner SIKC yang memuji dan mendoakan bisa menjadi pembalap F1.
Harapan putra mantan Presiden Soeharto tersebut terhadap Al tidak serta merta membuat Firhand Ali senang berlebihan, melainkan justru dijadikan cambuk untuk membina lebih serius lagi.
Kedua, Al kembali mencuri perhatian pada kesertaan kali pertama di ajang IAME Asia Series sepekan kemudian.
Meski baru kali pertama, dan masih perlu penyesuaian pada settingan mesin baru, toh Al mampu meraih podium kesatu kelas Cadet 7-9 tahun.
Ketiga, kematangan Al makin kelihatan nyata saat ia bisa "mencuri kemenangan" pada sesi QTT seri 2 Kejurnas Eshark Rok Cup sebagai pegokart tercepat kelas Mini.
Kenapa dibilang spektakuler karena kali ini turun berlomba kakak-beradik Aditya dan Calvin Wibowo yang baru pulang setelah hampir 3 bulan mengikuti event gokart di Italia.
Terlebih, Aditya yang memiliki usia dan jam terbang lebih banyak ketimbang Al. Hal itu pun sudah diperhitungkan Firhand.
Tidak hanya harus menghadapi pegokart yang secara apapun lebih senior, kali ini keponakan Zahir Ali ini juga sekaligus mendapat ujian, ketika mengalami insiden senggolan dengan pegokart lain yang membuatnya tak finish di Prefinal.
Maka Al pun harus start di urutan buncit (paling belakang) pada sesi Final. Namun dengan improve dan progress yang terus dilakukan, Al bahkan sempat menyodok ke posisi 2 di lap terakhir sebelum digeser Calvin Wibowo.
Bahkan posisi ketiga Al juga harus melorot menjadi juara 4, karena terkena penalti 5 detik bemper masuk.
Hal yang menarik, ketika menghadapi situasi kritis, harus start dari belakang, Al tampak tetap optimis dan tersenyum.
Inilah sebenarnya sang calon bintang. Dan, tak ada yang mustahil termasuk doa dan harapan Tommy Soeharto jika kelak Al bisa berkiprah di ajang balap paling bergengsi sejagat, F1.
Amin. (bs)