F1 2025: Diuntungkan Situasi, Max Verstappen Kejar Gelar di 6 Race Sisa

Minggu, 12/10/2025 23:59 WIB | Rulin purba
Max Verstappen (Belanda/Red Bull Racing). Foto: f1)
Max Verstappen (Belanda/Red Bull Racing). Foto: f1)

mobilinanews (Inggris) - Dalam tiga race terakhir di Italia,  Azerbaijan dan Singapura, Max Verstappen finish di depan duo McLaren. Membuat peluangnya meraih gelar kembali hidup.

Pertengahan musim lalu Verstappen sudah pesimistis mempertahankan gelar tahun ini. Joki McLaren Oscar Piastri dan Lando Norris terlalu perkasa sejak awal musim.

Harapan yang sempat padam itu kembali bersinar dalam tiga gtand prix terakhir saat RB21 besutan Verstappen dapat sentuhan baru di lantai mobil dan area aerodinamika.

Kini Verstappen tinggal berjarak 41 poin dengan Norris di P2 klasemen dan 61 poin dengan Piastri selaku pemimpin klasemen. Dengan 6 race sisa plus tiga sesi sprint race, masih ada total 175 poin yang bisa dipetik.

Artinya peluang juara dunia 4 kali itu kini terbuka untuk tetap bersaing dalam perburuan gelar 2025.

Tak hanya itu. Red Bull pun kini punya kesempatan loncat dari P4 ke P2 klasemen konstruktor. Hanya terpaut 8 dan 35 angka dengan Ferrari dan Mercedes.

Gairah itu ditopang oleh situasi teknis yang menguntungkan Red Bull. Tim asal Austria yang bermarkas di Inggris ini masih punya anggaran dan lebih leluasa mengembangkan mobil ketimbang McLaren. 

"Kami masih punya pengembangan. Tidak pada race terdekat tapi setelahnya," kata Direktur Teknik Red Bull Pierre Wache. 

Sebaliknya dengan McLaren yang tak lagi punya program pengembangan untuk MCL39 tahun ini.

Pastinya hal itu bawa keuntungan buat Red Bull, khususnya Verstappen karena semua energi tim tercurah kepadanya.

Wache mengungkap cara timnya menjadwalkan pengembangan teknis memang sedikit berbeda dengan tim lainnya. Yakni dengan cara mencicil pembaharuan teknis dan tidak jor-joran di awal musim. Ini soal strategi untuk menggunakan budget cap yang ditentukan FIA dengan efektif.

"Itu sistem kerja kami dan tahun ini memperoleh benefit dari situ," imbuh Wache yang menegaskan sudah terjadwal pengembangan berikutnya setelah memodifikasi lantai mobil di Italia dan ubahan aero di Singapura.

Situasi lain yang bisa menguntungkan Verstappen adalah situasi internal di McLaren sendiri. Rivalitas Piastri dan Norris semakin panas usai insiden semggolan di Singapura. Piastri blak-blakan memprotes manuver Norris dan juga blak-blakan mengecam tim karena menganggap hal itu racing incident semata.

Di tengah rivalitas yang mulai tiba pada suhu tinggi itu McLaren tetap pada kebijaksanaan, tak ada team order dan membebaskan pembalapnya fight satu sama lain. Pesannya hanya satu, bertarung bersih tanpa saling tubruk satu sama lain.

Pesan main bersih itu diaminkan. Tapi, begitu berada di lintasan bisa langsung dilupakan Piastri dan Norris. Yang ada di kepala mereka adalah kepentingan sendiri. Kepentingan tim tak lagi terlalu prioritas lantaran gelar juara konstruktor sudah dikunci di GP Singapura.

Wajar jika Piastri dan Norris akan usung keinginan sendiri. Pasalnya, tahun ini adalah kesempatan besar mereka untuk meraih gelar perdana di F1. Tahun depan dengan regulasi baru F1 belum tentu McLaren kompetitif di papan atas.

Maka tak salah jika situasi itu berpotensi mendatangkan masalah seperti di GP Kanada saat mobil Norris harus retire karena menubruk mobil Piastri. Dan, terulang di Singapura meski keduanya tetap laju ke garis finish.

Sangat mungkin permainan lebih keras akan mereka mainkan di enam laga sisa tahun ini. Resikonya adalah crash. Dengan korban 1 mobil DNF atau malah keduanya.

Jika itu terjadi maka yang paling beruntung adalah Verstappen yang tengah on fire berkat hasil positif di 3 race terakhir. (r)