mobilinanews (Phillip Island) - Jelang GP Australia di Phillip Island, tim pabrikan Yamaha Movistar bisa membagi konsentrasi mereka pada masa depan tim. Satu mata tim yang dipimpin Lin Jarvis itu dipakai mengintip karakter Maverick Vinales lebih detil. Yamaha harus memastikan, Vinales akan jadi Jorge Lorenzo, bukan jadi Dani Pedrosa.
Yamaha Movistar sebenarnya cukup beruntung dapat Vinales menggantikan Lorenzo yang sudah muak jadi baying-bayang Rossi. Soalnya, dalam membentuk tim, Yamaha bukan Honda. Yamaha tidak melahirkan, atau membina joki dari bayi untuk kepentingan mereka. Yamaha tidak mengurus Vinales dari masih rider kelas pemula.
Gimana Honda membina pembalap mereka, monggo baca : Usai Raih Juara Dunia MotoGP Ke-3 di Motegi, Marquez Akan Mengejar Rekor Doohan
Tapi, seberuntung apakah Yamaha? Mobilinanews punya beberapa catatan. Pertama, mari lihat bibit pada diri Vinales. Lahir 12 Januari 1995, anak Angel Vinales itu mulai kenal balap motor, usia 3 tahun Doi balap pakai 50cc, 70cc, hingga jadi juara lokal Spanyol di kategori 125cc pada 2007 dan 2008. Kariernya berlanjut ke GP125 Eropa, dengan RS125R, Vinales juara 2010.
Pencapaian itu yang mendorong VInales ke balap motor prototipe, GP125 pada 2011. Timnya, SuperMartxé VIP, kemudian ke tim Blusens-BQR yang disuport Paris Hilton. Doi jadi rookie of the year, dengan mengakhiri musim di posisi ketiga klasemen.
Tahun berikutnya, GP125 jadi Moto3. Vinales yang difavoritkan juara karena memulai musim dengan 3 kemenangan, malah gagal karena tidak konsisten di paruh musim. Baru 2013 ia juara dunia Moto3 bersama Team Calvo, lewat duel sengit di akhir musim dengan Alex Rins.
Gelar Moto3 memboyong Vinales ke Moto2 pada 2014. Tapi, ia cuma meraih gelar pendatang baru terbaik di kelas menengah itu. Ia finish ke-3 di klasemen akhir.
Toh itu cukup untuk membuat Suzuki tertarik meminangnya ke MotoGP 2015. Dengan kontrak yang cukup panjang, mengingat usia Vinales baru 20. Meski akhirnya jodoh Vinales di tim Ecstar Suzuki pendek. Suzuki tak mampu menahan Vinales mengembangkan GSX-RR setelah tawaran bergepok duit dari Yamaha buat membela Yamaha Movistar, 2017.
Dari kariernya, sebenarnya Vinales gak semengilap Lorenzo. Sebab, sebelum direkrut Yamaha, Lorenzo adalah juara dunia GP125 dan GP250. Kesamaan mereka, sama-sama lahir dan tumbuh besar di tim yang pakai motor Aprilia.
Bedanya lagi, Lorenzo langsung ke Yamaha ketika 2008 masuk ke Kelas Para Raja. Tapi, Vinales yang lebih dulu dipelihara Suzuki, malah hoki. Kan GSX-RR mirip YZR-M1. Konfigurasi mesin sama, 4 silinder segaris. Sasisnya, juga kayak kembaran. Sehingga, karakternya pun mirip. Itu karena Suzuki punya manajer, Davide Brivio. Doi eks-bos tim Yamaha di era jayanya Valentino Rossi. Semua ilmu M1 pindah ke GSX. Makanya, minimal Vinales sudah agak kenal dengan M1 lewat motor imitasinya.
Meski Lorenzo dan Rossi yakin potensi Vinales, yang agak meragukan Vinales akan jadi juara dunia bersama Yamaha, adalah prestasinya yang biasa-biasa aja. Apalagi dibandingkan dengan Lorenzo dan Rossi.
Karakter Vinales pun mirip Pedrosa. Terlalu anteng. Tidak centil seperti juara dunia lainnya. Nggak neko-neko selama di Suzuki.
Kalau melihat ini, mobilinanews menilai, Vinales hanya muncul di saat yang tepat. Ketika Yamaha kehilangan Lorenzo, dan belum ada pembalap lain yang lebih hebat darinya, yang siap dipromosikan ke Tim Biru. Juara seri mungkin, Tapi konsisten mengalahkah Lorenzo dan Marquez sepanjang musim, akan berat. (Aries Susanto)