mobilinanews - Kuda pacu yang digeber di Kelas Asia Production (AP) 250 FIM-ARRC sebenarnya sama dengan yang diadu di Kejurnas kelas Sport 250cc. Tapi, karena regulasinya beda, bisa dibilang, spek modifikasi Yamaha R25, CBR250 dan Ninja 250RR Fi di kejurnas kelas seperempat liter lebih tinggi.
Yang menarik, dengan spek lebih tinggi, catatan waktu terbaiknya dalam 1 putaran sirkuit Sentul, kalah cepat dari motor AP250.
Sebagai catatan Sport 250cc kejurnas yang best-lap nya 1 menit 44 detik poin besar menghalalkan ganti knalpot dan ECU. Juga boleh ganti throttle body dan memodifikasi injektor jadi 2 mata. Bahkan, dibebaskan modifikasi atau ganti kem.
"Regulasi ini untuk mendongkrak tenaga mesin," tukas Lodong, mekanik yang menukangi motor Yamaha R25 genjotan Hendriansyah di Kejurnas 250 dan AP250.
Memang, motor AP250 yang mencetak best-lap 1 menit 44,2 detik juga boleh ganti knalpot dan ECU. Tapi, pacuan AP250 kudu pakai kem dan throttle body standar bawaan pabrik.
"Penyelenggara FIM-ARRC mau bikin kelas ini untuk pelatihan skil pebalap. Bukan adu kencang doang," bilang Hendriansyah, menimpali.
Untuk mendukung niat itu, regulator FIM-ARRC persilakan motor AP250 pakai peranti tambahan quick-shifter dan slippery clutch. "Ini malah melatih skill joki. Karena dua komponen ini juga dipakai di balapan internasional. Meski ngga nambah power mesin, tapi bisa bikin motor AP250 lebih cepat," jelas Lodong lagi.
Quick-shifter melatih pebalap tidak rajin pegang handel kopling. Naikin gigi tinggal cungkil tuas persneling. Keuntungannya, putaran mesin saat perpindahan gigi ngga akan banyak turun. Kebayang keuntungan kecepatan motor mengail tenaga jika rpm tidak drop.
Sedang slippery-clutch membuat motor lebih laju saat masuk tikungan. Itu lantaran peranti ini mengurangi efek engine-brake motor 4-tak yang cukup besar menahan motor saat turun gigi.
Ilmu yang bisa didapat dari pemakaian slippery clutch, pebalap diajarkan menjaga rpm di tikungan. "Tenaga motor AP250 lebih kecil. Kalau ngga bisa jaga rpm saat masuk tikungan, keluarnya ketinggalan," ungkap Hendriansyah yang turun di AP250 bersama tim Yamaha Finson Racing.
Seperti kata Makoto Tamada soal pembeda pebalap di sirkuit. "Mesin penting. Tapi, dengan dua pebalap berbeda, motor yang sama bisa beda jauh hasilnya. Karena kecerdasan pebalap di tikungan jadi kuncinya," jelas mantan pmbalap MotoGP yang kini jadi mentor di tim Honda Thailand.
Masalahnya, pasang seperangkat slippery-clutch butuh dana lebih gede. Sekitar 30 juta rupiah. "Tak cuma itu, pebalap juga dituntut bisa seting slippery-clutch. Karena ada setelan hard, medium dan soft soal slipnya," bilang Galang Hendra Putra, yang turun di AP250 tim Yamaha Racing Indonesia.
Terakhir, peserta kelas AP250 boleh pakai velg khusus balap. "Bobotnya bisa lebih enteng sampai 4 kilogram," tunjuk Galang.
Intinya, meski tenaga lebih rendah, kuncinya teknologi motor AP250 lebih tinggi.(Aries Susanto)